Jumat, 21 Juli 2017

Belajar Memahami Arti Kehilangan

Hari Pertama Masuk Sekolah
Belajar Memahami Arti Kehilangan
Pagi itu, 17072017
Di tanggal cantik, di pagi ceria, di hari cerah, kubangunkan putraku yang masih lelap dalam mimpi indah. seperti biasanya, tak juga mau beranjak ia dari tidur nyenyaknya.
Beberapa hari sebelumnya, ia bertanya kenapa libur sekolah lama sekali. Rupanya ia bosan dan ingin segera bermain dan bercanda kembali dengan ke lima teman dekatnya di sekolah. Kelompok F4A. Itu sebutan mereka. Kekompakan mereka dikelas kerap kali membawa kekacauan hingga menimbulkan sikap tegas dari Ibu Guru. Pernah suatu hari putraku bercerita bahwa hari itu, saking asyiknya bermain dengan keempat teman dekatnya tersebut, ia akhirnya "diabaikan" oleh Ibu Guru dan sampai harus dipindah ke kelas lain.
Duh, Anakku...
Sedih, tapi berusaha berfikir positif. Ibu Guru pun memberitauku melalui WA bahwa hari ini Ananda Fathan harus dipindah kelas bersama keempat temannya karena kurang fokus dan tidak mau bekerjasama. Syukurlah, kejadian itu hanya terjadi satu hari, dan tidak berlanjut. Rupanya teman-temannya mampu membuat anakku semangat memulai harinya pagi ini walau pada awalnya sulit diminta bangun pagi.
Tak lama setelah bangun, Ia pun mandi dan sarapan. Pagi itu Ia sarapan telur mata sapi kesukaannya. Alhamdulillah, anak-anakku suka sekali makanan lezat bergizi dan simple itu, sehingga tak membuatku berkutat lama di dapur hanya untuk membuat sarapan.
Dengan seragam hijau kotaknya, Ia pun bergegas naik ke motor dan berangkat ke sekolah. Seperti biasanya, Ibu Guru dengan wajah penuh senyum dan ramah menyapa setiap orangtua yang datang dan memberi salam kepada setiap siswa yang hadir. "Assalamualaikum Fathan", Ibu Guru dengan senyum mengembang memberi salam kepada anakku Fathan. "Waalaikumsalam" jawab anakku tegas dan langsung berlari menemui teman temannya.
Ah bahagianya melihatnya antusias sekolah.
Suasana pagi itu ramai. Seperti biasanya, setiap tahun ajaran baru, banyak orangtua murid mengantar anak-anak mereka di hari pertama masuk sekolah. kompleks sekolah Hidayatullah pagi itu sungguh ramai dan penuh hingar bingar suara kendaraan bercampur dengan riuhnya suara orang dewasa saling menyapa dan mengobrol.
Hari itu, selama seminggu, adalah masa orientasi siswa. Sekolah TK Yaa Bunayya yang biasanya pulang jam 1 siang, hingga 5 hari kedepan akan pulang jam 11 siang. Sebentar sekali terasa, baru saja mengantar, sudah harus menjemput.
Di depan gerbang sekolah, kulihat anakku masih asyik bermain. Ketika melihatku datang, Ibu Guru langsung memberitau kedatangaku padanya. "Assalamualaikum anak sholeh" sapaku sambil memeluknya. "waalaikumsalam" jawabnya dengan ekspresi datar. "Ini hadiah dari Fathan buat bunda" jawabnya sambil memberiku hasil prakaryanya, sebuah sedotan yang diatasnya ditempel kertas berbentuk tangan kanan hasil jiplakan tangan kanan Fathan. "wah terimakasih Nak". jawabku sambil bersiap menyalakan mesin motor.
Bahagia pastinya, mendapat hadiah yang dibuat sendiri oleh anak usia 5 tahun ini. Namun dibalik rasa bahagia, terselip tanda tanya dihati, kenapa ya kok ekspresi Fathan tidak seceria saat berangkat sekolah. Yang biasanya selalu bercerita sepanjang perjalanan pulang, tanya ini dan itu, hari itu tak satupun kata kata keluar dari mulutnya. Saya pun tak ingin mengganggunya dulu. Biarkanlah Ia menikmati suasana sepanjang perjalanan pulang, dan baru akan kutanyakan setelah Ia bersantai.
Sesampainya dirumah, ku biarkan Fathan beristirahat sejenak. setelah ia melepas baju seragam dan mengganti pakaian rumah, Ia pun mengambil mainan dan mulai bermain bersama adik. Ah ini lah waktu yang tepat untuk bertanya, fikirku.
Sambil menemaninya bermain, kucoba memulai pembicaraan. "Fathan kenapa?", "Gak papa bunda, cuma tadi Fathan cari Alif tapi kok gak ada" , dengan raut muka agak bingung dia bertanya. Alif adalah salah satu teman dekatnya yang tergabung dalam kelompok AF4. Memang ibunda Alif, seminggu sebelum masuk sekolah telah berpamitan, bahwa Alif akan pindah sekolah. "Alif pindah sekolah nak, jadi sudah tidak disekolah Fathan lagi". Tanpa jawaban Ia hanya diam. "yah, Alif kan sahabat Fathan Bunda" . "Ia, tapi kan masih ada Faiz, masih ada Fauzan dan satu teman Fathan lagi yang bunda lupa namanya. Gak usah sedih, kan Fathan dapat banyak kawan baru", jawabku berusaha menghibur. ia terdiam, tak lama kemudian ia berkata," oh iya bunda, hari ini Fathan kenalan sama teman baru. Namanya Hilal". Syukurlah, ekspresinya kini mulai ceria.
Alhamdulillah, kepergian salah satu sahabatnya tak membuat Fathan hilang semangat bersekolah.Hari ini hari ketiganya di masa orientasi. Fathan sudah ceria lagi dan tak lagi menanyakan Alif. Semoga ia mampu memahami dan belajar bahwa setiap pertemuan itu akan ada akhirnya. Sama seperti masalah yang akan selalu ada dalam kehidupan. namun seberat apapun masalah itu akan pergi jauh dan menghilang melahirkan kebahagiaan baru yang lebih menyenangkan.
Dalam langkahnya Ku selipkan doa selalu, agar Ia terus bersemangat bersekolah, berakhlak mulia, mencinta Alquran dan akhirnya mampu mencapai sukses dalam apapun yang menjadi cita citanya kelak. Amin.
-Berlian-
Depok Juli 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar