“Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu.” (At Tahrim: 6).
Surat
At Tahrim ayat 6 diatas secara jelas membicarakan masalah perintah. Perintah
untuk menjaga bukan hanya diri sendiri, tetapi juga keluarga, tentu dalam hal
ini juga termasuk anak anak sebagai amanah yang paling berharga dari yang maha
Kuasa.
Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma berkata,
“Didiklah anakmu, karena
sesungguhnya engkau akan dimintai pertanggungjawaban mengenai pendidikan dan
pengajaran yang telah engkau berikan kepadanya. Dan dia juga akan ditanya
mengenai kebaikan dirimu kepadanya serta ketaatannya kepada dirimu.”
(Tuhfah al Maudud hal. 123).
Masing
masing kita adalah pemimpin. Dan setiap pemimpin akan dimintai
pertanggungjawaban. Kita sebagai orangtua sudah tentu akan dimintai
pertanggungjawaban dalam hal Pendidikan anak anak. Barang siapa mendidik anak
anak dengan baik, tentu ia pun akan memetik hasil yang baik dikemudian hari.
Jika setiap orang tua menyadari hal ini, maka proses mendidik anak terasa
menyenangkan dan bukan menjadikannya sebagai beban.
Menurut
ibu Ida S. Widayanti dalam buku parentingnya yang berjudul “Anak dari Syurga
menuju Syurga”, anak sesungguhnya datangnya
dari syurga dengan membawa berbagai
potensi kebaikan seperti layaknya penghuni syurga, dan akan kembali ke
kampung halamannya di syurga. Hal ini tentulah menjadi tugas berat bagi
orangtua, bagaimana cara terbaik untuk mengantarkan anak anak syurga mereka
kembali ke syurga.
Ada
sebuah artikel tentang Filososfi bambu namun saya lupa siapa pengarangnya.
Setelah saya baca ternyata luar biasa sekali filososfi bambu ini untuk mendidik
anak. Filosofi bambu berikut ini, semoga bisa sedikit memberikan inspirasi,
bagaimana seharusnya mendidik anak anak, sehingga pada akhirnya mereka akan
kembali ke syurga.
Sebatang
bambu hijau ramping tinggi menjulang berhuyun huyun diterpa angin. Daunnya
bergemerisik seakan berkata bahwa mereka kuat menahan terpaan angin badai
sekalipun. Betapa kuatnya wahai kau pohon bambu. Batangmu sungguh ramping seakan tak mungkin
mampu menopang tinggimu yang mencapai puluhan meter, namun ternyata sanggup
terus berdiri walau terpaan angina seakan tak pernah berhenti menerjang dari
arah manapun sepanjang waktu.
Mari kita cari
apa sebenarnya sumber kekuatannya. Sebelum itu, mari kita lihat dulu
pertumbuhan pohon bambu secara keseluruhan. Bambu adalah tanaman jenis
rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya. Pohon bambu, tidak akan menunjukkan
pertumbuhan berarti selama 2-3 tahun pertama kehidupannya, walau setiap hari
telah di pupuk dan di siram. Matikah pohon bambu ini? Mungkin ia jika sang
empunya Lelah menyiram dan merawatnya. Lelah yang tyada henti ternyata membuahkan
hasil Karena ternyata setelah lepas 2-3 tahun, pohon bambu itu akan bertumbuh
sangat cepat.
Di dunia ini
bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat. Dalam
sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60 cm (24 Inchi) bahkan lebih, tergantung
pada kondisi tanah dan klimatologi tempat ia ditanam juga jenis spesies. Bambu
pun dilaporkan ada yang dapat tumbuh 100 cm (39 in) dalam 24 jam. Namun laju
pertumbuhan ini amat ditentukan dari kondisi tanah lokal, iklim, dan jenis
spesies. Laju pertumbuhan yang paling umum adalah sekitar 3–10 cm (1,2–3,9 in)
per hari. Beberapa dari spesies bambu terbesar dapat tumbuh hingga melebihi 30
m (98 ft) tingginya, dan bisa mencapai diameter batang 15–20 cm (5,9–7,9 in).
Timbullah
pertanyaan? Lalu selama 2 sampai 3 tahun
itu, apa ya yang sebenarnya terjadi pada si bambu kecil? Apa dia sengaja hendak
menguji kesabaran si empunya?. Mungkin ia, Karena tnyata, selama tahun tahun pertama pertumbuhannya, pohon
bambu sedang fokus memperkuat akar akarnya, agar bisa menopang tingginya kelak
yg hingga berpuluh puluh meter. bayangkan jika akarnya tidak kuat. tertiup
angin sedikit saja tentu akan tumbang. Pohon bambu selalu merunduk jika terkena
tiupan angin. Namun setelah angin pergi, ia akan kembali berdiri tegak seakan
tak takut apapun.
Nah sebegitu
hebatnya filosofi bambu. Jika itu kita terapkan dalam proses Pendidikan anak,
maka tentu ia akan tumbuh tegar dan kuat seperti sebatang bambu yang tak takut apapun. Selagi mereka bertumbuh,
selagi otaknya masih mudah menerima banyak hal, ajarkanlah banyak kebaikan, dan
kuatkan pondasi agama agar mampu menjadi benteng dalam ia menjalani
kehidupannya mendatang. AGAMA bagaikan akar kuat si pohon bambu, yang benar
benar secara eksklusif di tumbuhkan dalam waktu yang memang tidak bisa instan.
Butuh waktu bertahun tahun lamanya hingga menjelma akar yang sangat kuat.
Begitu juga dengan anak anak kita. Bentuklah sekuat mungkin dan sebaik mungkin
pondasi agama. Banyak hal yang bisa dilakukan, pertama adalah awali dari rumah.
Bentuk lingkungan islami di dalam rumah. Karena sesungguhnya anak senang
mencontoh sesuatu yang kongkrit dari perilaku orangtua maupun segala kondisi di
rumah yang mendukung pertumbuhan agama yang baik. Kemudian, berikan Pendidikan
dengan menyekolahkan di sekolah yang berfokus pada islam dan ajaran tauhid.
Sehingga ia akan terbiasa dengan islam yang lama kelamaan akan terpatri dan
bahkan dicintai oleh anak anak kita.
Bagai pohon bambu yang selalu kuat menghadapi
terpaan angin yang datang tanpa pernah bisa dicegah dan diduga. Angin tersebut
ibarat Masalah dalam hidup.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
“Kamu
benar-benar akan diuji pada hartamu dan
dirimu” [Âli ‘Imrân/3: 186]
“Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan” [al-Anbiyâ’/21 : 35]
Ujian adalah
sunnah kauniyah (ketetapan Allâh Azza wa Jalla yang pasti terjadi) bagi setiap
Muslim. Seorang Muslim tidak mungkin mengelak dari ujian tersebut. Ujian
tersebut ternyata tidak selalu sesuatu yang buruk dan menyakitkan, tetapi dalam
surat al Anbiya diatas, allah pun menegaskan bahwa ujian itu juga bisa
berbentuk sesuatu yang menggembirakan, membahagiakan dan penuh dengan suka
cita. Mampukah menghadapi ujian kesenangan yang diberi, menjadi sombongkah atau
tetap tunduk takwa dan tetap rajin beribadah. Biasanya mereka yang berada dalam
kebahagiaan akan mengalami kondisi iman yang lemah, sehingga ibadah seakan
sesuatu yang berada di ankag terendah dalam hidup. Semoga kita bukan termasuk
yang seperti itu.
Ajarkan anak anak kita bahwa masalah akan
selalu membersamai perjalanan kehidupan. Tak akan mungkin bisa dihindari. Dengan pondasi agama yang kuat InsyaAllah akan
dapat membuat mereka selalu berfikir positif terhadapt setiap masalah dan
kesulitan yang dihadapi. Ajarkan pula bahwa masalah akan ada ujungnya jika
mampu menghadapi dengan ilmu, sabar dan ikhlas.
Begitulah
sekelumit ulasan mengenai filosofi bambu yang luar biasa. Semoga kita dapat
mengambil pelajaran dan memetik hikmah darinya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar