Jumat, 21 Juli 2017

menggapai Cita Setinggi Langit Walau Aku Perempuan

Memang Kenapa Jika Aku Perempuan
-Menggapai Impian Bersekolah Setinggi Langit-
Kemarin malam saya mendengarkan Live streaming Radio PPI bersama Dewi Nur Aisyah, Phd. Seseorang yang selalu menginspirasi saya menulis...
Walau agak terkendala dengan koneksi internet, suara Dewina yang hilang timbul, ditambah background suara kresek-kresek khasnya radio, tapi Alhamdulillah ilmunya masih dapat saya terima dengan baik.
Dewina memulai pembicaraan dengan memperkenalkan diri, juga pengalamannya selama menempuh pendidikan S2 dan S3 nya di London. Subhanallah, betapa Dewina membuktikan sendiri dalam kehidupannya bahwa apapun yang Allah berikan dalam hidup ini adalah merupakan sesuatu yang sesungguhnya paling tepat dan paling bisa kita jalani dengan baik.
Dewina sama persis dengan saya, waktu mengambil SPMB, Dewina memilih FK UI sebagai pilihan pertamanya, dan FKM UI sebagai pilihan kedua. Sama dengan saya, ternyata Khadarallah, Allah pilihkan yang kedua sebagai bagian dari takdir yang harus dijalani. Selama di FKM UI juga dewina mengambil jurusan Epidemiologi, dan sekali lagi sama dengan pilihan saya (hihi...).
Kecewa pastinya, karena harapan tidak sesuai kenyataan, tetapi ternyata tidak ada alasan untuk kecewa karena Allah menggantinya dengan kenyataan lain yang pasti lebih baik. Jika meyakini hal tersebut, maka kita akan dengan penuh semangat berusaha sekuat tenaga agar menjadi yang terbaik dibidang apapun yang Allah pilihkan.
Mengenai jodoh.
Benar gak ya, seorang wanita yang memiliki cita cita bersekolah setinggi tingginya akan sulit menemukan jodohnya?
"duh Nak, jangan dulu sekolah S2 sebelum menikah, apalagi S3, nanti jodohmu susah ...". terdengar pembicaraan seorang ibu yang melarang anak perempuannya melanjutkan sekolah karena belum menikah. "Nanti setiap laki-laki yang mendekatimu akan menjauh jika tau pendidikanmu lebih tinggi darinya.." lanjut si ibu menasihati putrinya yang 'kekeh' ingin melanjutkan S2.
Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ: لِمَـالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ.
“Wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya; maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscaya engkau beruntung.”
Jelas, wanita itu dinikahi karena 4 hal tersebut. bukan seberapa tinggi pendidikannya. seorang laki-laki yang bertanggung jawab dan memiliki pemahaman agama yang baik, dia tidak akan mungkin punya rasa "minder" jikalau ternyata ia harus menikahi seorang wanita yang ternyata memiliki pendidikan lebih tinggi darinya, atau mungkin juga berpenghasilan lebih tinggi darinya.
Hal ini berhubungan dengan visi dan misi Sebelum menikah, yang seharusnya disepakati oleh calon suami dan istri. "calon suamiku pergi, setelah kuutarakan keinginanku untuk bersekolah setinggi tingginya" "Calon suamiku menjauhiku setelah tau aku berpendidikan lebih tinggi darinya". Jangan sedih ukhti, percayalah, jikalau ia benar jodoh yang Allah pilihkan, ia Tidak akan mungkin meninggalkanmu. ia akan dengan senang hati menemanimu bersekolah dan akan memotivasi dirinya untuk juga ikut melanjutkan bersekolah bersama sama dengan dirimu. Jangan takut si dia pergi hanya karena tidak mau menerima visi dan misi kita.
Alhamdulillah, calon suami setuju dengan visi misi. Tettapi ternyata keluarga besar ada yang kurang suka. yang perlu diperhatikan hanyalah pasangan kita dulu yang pertama, yang kedua adalah orangtua dan mertua. tidak perduli jika ternyata nenek atau kakek calon suami tidak menyetujui cucunya menikahimu yang ternyata berpendidikan lebih tinggi atau tante, om, dan keluarga lainnya. Tak perlu pusing memikirkan itu ukhti, karena sesungguhnya ridho suami, ayah ibu dan mertua, itu sudah cukup. InsyaAllah jikalau kita mampu menjelasakan dengan sabar, penuh konsekuensi dan mampu menunjukkan bahwa kita akan berhasil dengan apapun yang kita pilih, pasti mereka akan menyetujui dan mendukung. Tidak perlu memikirkan yang lain.
"Prasangka Allah yang harus kita fikirkan, bukan prasangka manusia ". maka berdoalah dan berusaha yang terbaik menjalankan semua yang telah Allah takdirkan . Maka kesuksesan pasti akan mengiringi.
Kembali ke pengalaman hidup Dewina. Ia akhirnya menemukan suami yang mampu menerima visi dan misinya untuk bersekolah ke luar negeri. suaminya kala itu belum bersekolah S2, dan Dewina sudah mendapat beasiswa bersekolah S2 di luar negeri, bahkan suaminya rela meninggalkan pekerjaannya di Indonesia, demi menemani istrinya bersekolah di luar negeri. keputusan yang sangat besar tentunya.
Sulit di awal, pastinya. Namun ternyata Allah tidak meninggalkan hambanya yang berikhtiar menimba ilmu. Tak lama setelah ekonomi mereka sangat menipis, Allah berikan rezeki yang tak terduga, hingga saat ini mereka berdua pun bersama sama bersekolah S3 dengan beasiswa. Subhanallah....
Wahai Sahabatku, janganlah pernah takut rezeki akan lari, walaupun seumur hidup kita pakai untuk menuntut ilmu, walau seumur hidup kita ikhlaskan diri ini untuk menjalankan kehidupan dirumah saja, mengurus anak anak, mengurus suami, mengurus rumah tangga. Karena sesungguhya rezeki itu sudah ada yang mengatur. Walau sekuat tenaga kita menambah atau sekuat tenaga sesuatu berusaha mengurangi atau mengambilnya dari kita, itu tentunya tidak akan mungkin pernah berhasil. Karena Allah yang menggenggam Rezeki kita. Allah yang menyimpannya untuk kita, dan akan ia berikan dari jalan yang tak terduga duga.
Allah tak akan mungkin salah memberikan rezeki kita untuk orang lain. begitu juga sebaliknya, Allah tak akan mungkin salah memberikan rezeki orang lain untuk kita. Banyak dan tidaknya sebuah materi, adalah bukan dari berapa nominalnya, tetapi seberapa bijak kita memanfaatkannya.
Bersekolahlah setinggi tingginya duhai Ukhti...
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Dan barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Muslim dan yang lainnya. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib no. 84.)
Semoga Allah meridhoi setiap jalan yang kita pilih. Amin....

Merangkai kata Merangkai harapan

MERANGKAI KATA MERANGKAI HARAPAN
"Membaca itu 'menangkap' makna, sedangkan menulis itu 'mengikat' makna".
"Menulis semudah bernafas". kalimat tersebut saya kutip dari perkataan seorang penulis buku-buku keluarga best seller, Pak Cahyadi Takariawan. Pak Cah, biasa ia dipanggil, dari kalimat tersebut sesungguhnya telah memotivasi kita untuk menulis. Bagaikan kegiatan kita bernafas, tak ada kesulitan sama sekali bahkan sering kita lupa bahwa kita bernapas 17.000 sampai 30.000 kali dalam sehari, karena terlalu mudahnya.
Saya pribadi, termasuk orang yang suka menulis. Menulis apa saja. Ketika tidak bisa tidur, seperti malam ini, saya menulis. Ketika hati rasanya kok sedih campur marah, campur segala macam ketidaknyamanan, dan sedang tidak ingin bercerita kepada orang lain, saya menulis. Begitu juga dikala hati bahagia, saya pun sering menuangkannya dalam tulisan.
Menulis bagi saya hanyalah bagian dari mengisi waktu. Sama sekali tidak terfikir akan bagaimana susunan kalimat yang benar, bagaimana berfikir sistematis agar tulisan yang tercipta itu runtut urut sehingga lebih enak dibaca, apalagi berfikir untuk menerbitkan buku. Mungkin, bagi saya pribadi, inilah yang disebut pak Cah, menulis semudah bernafas. Terkadang (sering sih lebih tepatnya hehe) tulisan saya ngawur sejadi jadinya , tapi kadang juga bisa jadi sebuah tulisan yang gak nyangka banyak dapat Like dari warga FB (ehemm...)
Bagai cinta bersambut, Sewaktu libur lebaran di desa, Alhamdulillah saya dapat info mengenai sekolah menulis online yang dikelola oleh pak Cahyadi sendiri. Cobalah saya daftar dan ikut kelas onlinenya. Kelasnya dimulai malam. jam 19.00 hingga jam 22.00 selama 3 hari.
Alhamdulillah banyak dapat ilmu baru mengenai dunia tulis menulis, dari mulai Pengokohan niat dan motivasi menulis, hingga akhirnya proses menerbitkan buku hingga sampai ke toko buku . (ihiyyy... bisa gak ya...)
Selama mengikuti kuliah online tersebut, setiap harinya mendapat ilmu baru, juga mendapat tugas tentunya. Kalau tidak salah ada 5 tugas. Tugas yang ke-5 itu yang lumayan bikin hati 'jungkir balik'. Bagaimana tidak, saya yang seorang penulis ngawur, yang nulis cuma buat iseng tanpa peduli aturan sama sekali, akhirnya harus "dipaksa" menulis 3 Artikel ilmiah populer yang harus mengikuti pembahasan yang telah didapat ketika mengikuti kuliah online menulis.
Alhamdulillah, hasil dari pemaksaan tersebut memang ternyata mampu membangunkan segala kemampuan diri (hihi...). Selama 2 minggu penulisan ketiga artikel tersebut, kami mendapat pendampingan langsung dari pak Cah. Dari situlah saya banyak belajar dan akhirnya lahirlah 3 artikel ilmiah populer Pertama saya, walau entah bagaimana nanti hasil penilaiannya.
"Tulis saja apapun. Tidak perlu peduli apakah akan dapat banyak like atau tidak, atau malah akan dapat banyak cemoohan, yang penting Tulis saja. jikalau takut menulis, pastinya tidak akan pernah menulis". Begitu kurang lebih kata-kata Pak Cah dalam kelas online yang terus terngiang di fikiran dan selalu menjadi penyemangat jika mulai menipis stok semangat untuk kembali menulis.
Alhamdulillah Pak Cah bersama tim sangat baik dan ramah dalam menjawab setiap pertanyaan dari peserta. Jawabannyapun ringan namun mengena di hati. Tak pernah sedikitpun lalai dalam menjawab. Semua pertanyaan dijawab dengan penuh kesabaran, walau pastinya Pak Cah sendiri memiliki segudang kesibukan.
Kisahnya sangat memotivasi dan menginspirasi saya untuk terus belajar menulis. Hingga akhirnya (sepertinya) sayapun sampai pada tahap kepercayaan diri untuk terus menulis. Walau masih saja menulis tanpa ada yang mau kasih like (hicks,..), namun harapan saya untuk bisa seperti pak Cah, mulai datang menyerbu. Harapan untuk bisa menerbitkan buku seperti pak Cah, entah kapan (duh, malem malem berkhayal...).
Kata orang, Semua berawal dari mimpi. Mimpi yang menjadi nyata karena ikhtiar berpadu dengan keridhoan dan ketetapan Allah. Semoga....
- BerLian-
Depok Juli 2017

Belajar Memahami Arti Kehilangan

Hari Pertama Masuk Sekolah
Belajar Memahami Arti Kehilangan
Pagi itu, 17072017
Di tanggal cantik, di pagi ceria, di hari cerah, kubangunkan putraku yang masih lelap dalam mimpi indah. seperti biasanya, tak juga mau beranjak ia dari tidur nyenyaknya.
Beberapa hari sebelumnya, ia bertanya kenapa libur sekolah lama sekali. Rupanya ia bosan dan ingin segera bermain dan bercanda kembali dengan ke lima teman dekatnya di sekolah. Kelompok F4A. Itu sebutan mereka. Kekompakan mereka dikelas kerap kali membawa kekacauan hingga menimbulkan sikap tegas dari Ibu Guru. Pernah suatu hari putraku bercerita bahwa hari itu, saking asyiknya bermain dengan keempat teman dekatnya tersebut, ia akhirnya "diabaikan" oleh Ibu Guru dan sampai harus dipindah ke kelas lain.
Duh, Anakku...
Sedih, tapi berusaha berfikir positif. Ibu Guru pun memberitauku melalui WA bahwa hari ini Ananda Fathan harus dipindah kelas bersama keempat temannya karena kurang fokus dan tidak mau bekerjasama. Syukurlah, kejadian itu hanya terjadi satu hari, dan tidak berlanjut. Rupanya teman-temannya mampu membuat anakku semangat memulai harinya pagi ini walau pada awalnya sulit diminta bangun pagi.
Tak lama setelah bangun, Ia pun mandi dan sarapan. Pagi itu Ia sarapan telur mata sapi kesukaannya. Alhamdulillah, anak-anakku suka sekali makanan lezat bergizi dan simple itu, sehingga tak membuatku berkutat lama di dapur hanya untuk membuat sarapan.
Dengan seragam hijau kotaknya, Ia pun bergegas naik ke motor dan berangkat ke sekolah. Seperti biasanya, Ibu Guru dengan wajah penuh senyum dan ramah menyapa setiap orangtua yang datang dan memberi salam kepada setiap siswa yang hadir. "Assalamualaikum Fathan", Ibu Guru dengan senyum mengembang memberi salam kepada anakku Fathan. "Waalaikumsalam" jawab anakku tegas dan langsung berlari menemui teman temannya.
Ah bahagianya melihatnya antusias sekolah.
Suasana pagi itu ramai. Seperti biasanya, setiap tahun ajaran baru, banyak orangtua murid mengantar anak-anak mereka di hari pertama masuk sekolah. kompleks sekolah Hidayatullah pagi itu sungguh ramai dan penuh hingar bingar suara kendaraan bercampur dengan riuhnya suara orang dewasa saling menyapa dan mengobrol.
Hari itu, selama seminggu, adalah masa orientasi siswa. Sekolah TK Yaa Bunayya yang biasanya pulang jam 1 siang, hingga 5 hari kedepan akan pulang jam 11 siang. Sebentar sekali terasa, baru saja mengantar, sudah harus menjemput.
Di depan gerbang sekolah, kulihat anakku masih asyik bermain. Ketika melihatku datang, Ibu Guru langsung memberitau kedatangaku padanya. "Assalamualaikum anak sholeh" sapaku sambil memeluknya. "waalaikumsalam" jawabnya dengan ekspresi datar. "Ini hadiah dari Fathan buat bunda" jawabnya sambil memberiku hasil prakaryanya, sebuah sedotan yang diatasnya ditempel kertas berbentuk tangan kanan hasil jiplakan tangan kanan Fathan. "wah terimakasih Nak". jawabku sambil bersiap menyalakan mesin motor.
Bahagia pastinya, mendapat hadiah yang dibuat sendiri oleh anak usia 5 tahun ini. Namun dibalik rasa bahagia, terselip tanda tanya dihati, kenapa ya kok ekspresi Fathan tidak seceria saat berangkat sekolah. Yang biasanya selalu bercerita sepanjang perjalanan pulang, tanya ini dan itu, hari itu tak satupun kata kata keluar dari mulutnya. Saya pun tak ingin mengganggunya dulu. Biarkanlah Ia menikmati suasana sepanjang perjalanan pulang, dan baru akan kutanyakan setelah Ia bersantai.
Sesampainya dirumah, ku biarkan Fathan beristirahat sejenak. setelah ia melepas baju seragam dan mengganti pakaian rumah, Ia pun mengambil mainan dan mulai bermain bersama adik. Ah ini lah waktu yang tepat untuk bertanya, fikirku.
Sambil menemaninya bermain, kucoba memulai pembicaraan. "Fathan kenapa?", "Gak papa bunda, cuma tadi Fathan cari Alif tapi kok gak ada" , dengan raut muka agak bingung dia bertanya. Alif adalah salah satu teman dekatnya yang tergabung dalam kelompok AF4. Memang ibunda Alif, seminggu sebelum masuk sekolah telah berpamitan, bahwa Alif akan pindah sekolah. "Alif pindah sekolah nak, jadi sudah tidak disekolah Fathan lagi". Tanpa jawaban Ia hanya diam. "yah, Alif kan sahabat Fathan Bunda" . "Ia, tapi kan masih ada Faiz, masih ada Fauzan dan satu teman Fathan lagi yang bunda lupa namanya. Gak usah sedih, kan Fathan dapat banyak kawan baru", jawabku berusaha menghibur. ia terdiam, tak lama kemudian ia berkata," oh iya bunda, hari ini Fathan kenalan sama teman baru. Namanya Hilal". Syukurlah, ekspresinya kini mulai ceria.
Alhamdulillah, kepergian salah satu sahabatnya tak membuat Fathan hilang semangat bersekolah.Hari ini hari ketiganya di masa orientasi. Fathan sudah ceria lagi dan tak lagi menanyakan Alif. Semoga ia mampu memahami dan belajar bahwa setiap pertemuan itu akan ada akhirnya. Sama seperti masalah yang akan selalu ada dalam kehidupan. namun seberat apapun masalah itu akan pergi jauh dan menghilang melahirkan kebahagiaan baru yang lebih menyenangkan.
Dalam langkahnya Ku selipkan doa selalu, agar Ia terus bersemangat bersekolah, berakhlak mulia, mencinta Alquran dan akhirnya mampu mencapai sukses dalam apapun yang menjadi cita citanya kelak. Amin.
-Berlian-
Depok Juli 2017

Kamis, 13 Juli 2017

Keluarga Indah tak seperti Lirik Lagu



“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir” [ QS. Ar Rum 30:21]

                Siapa sih yang tidak ingin mempunyai keluarga indah? Siapa yang tidak mengharapkan memiliki keluarga yang penuh dengan kasih sayang? . Tentunya tidak ada Karena sesungguhnya ikatan pernikahan yang menjadi pintu gerbang keluarga itu selalu di dasari pada rasa cinta dan kasih sayang.      Sakinah, Mawaddah, Warahmah adalah tiga kata utama prinsip dari keluarga indah yang sering sekali kita ucapkan kepada teman atau sanak saudara yang menikah, ataupun juga mendengarnya sering diucap sebagai doa untuk pasangan pengantin baru. Kata sakinah, Mawaddah, dan warahmah  merujuk pada surat Ar rum ayat 21 diatas.
                SAKINAH, adalah rasa damai dan tenang. Suami merasa nyaman, tenang , dan damai ketika berada Bersama istrinya dan ketika memandang wajah istrinya. Begitu juga sebaliknya. Suami merasa damai ketika berada dirumah. Sehingga ia akan selalu merindukan segera pulang kerumah walaupun pekerjaan terlalu berat terasa. Ia selalu ingat wajah istrinya yang menantinya dirumah, kangen ingin segera mencicipi masakan yang dibuat oleh tangan cantik istrinya demi suami yang dicintai. Segala penat dan Lelah setelah seharian bekerja serasa hilang setiap kali kaki menginjak halaman depan rumah, dan semakin hilang ketika sambutan senyum manis istri muncul di balik pintu. Begitu pula istri. Ia akan selalu merasa nyaman, tenang, dan damai ketika suaminya ada disampingnya. Selalu menanti dengan setia kedatangan suaminya setiap hari setelah bekerja sepanjang hari. Lelahnya setelah bekerja seharian dirumah, mengurus rumah tangga dan anak anak pun akan langsung menghilang ketika ia melihat senyum suaminya sambil memeluk dan mencium kening istri dengan penuh kasih sayang. Halaman depan rumah seakan menjadi saksi betapa indahnya keluarga yang penuh Sakinah ini, pohon bunga dipekarangan depan pun seakan menari keatas langit lalu jatuh berhamburan menghujani kedua pasangan suami istri penuh kasih sayang tersebut.
                MAWADDAH dan WARAHMAH, adalah dua kata yang memiliki arti yang hampir sama yaitu cinta dan kasih sayang antara suami dan istri. Lalu apa bedanya?. Mawaddah adalah rasa cinta dan kasih sayang yang suami rasakan terhadap istrinya, yang timbul Karena sesuatu yang dapat dilihat. Misalnya cinta Karena fisik yang cantik sempurna, dari keluarga baik baik dan lain sebagainya. Biasanya rasa ini yang pertama kali timbul sehingga lama kelamaan tumbuh rasa kasih yang teramat sangat.
                Warahmah adalah rasa cinta dan  kasih sayang antara suami dan istri yang dirasakan akibat sesuatu yang abstrak. Cinta Karena sholeh, akhlak baik, santun , lemah lembut dan lain sebagainya. Rasa Rahmah ini yang harus dipupuk terus menerus agar perkawinan bisa langgeng dan terus harmonis sepanjang usia. Mawaddah mungkin bisa dengan mudah hilang, Karena fisik akan mengalami perubahan seiring dengan pertambahan usia. Namun akhlak mulia, tak akan pernah hilang walau usia terus menggerus keindahan fisik pasangan.
                Betapa sangat indahnya keluarga yang penuh Sakinah, Mawaddah, dan Warahmah ini. Namun rasa ini banyak hilang sepanjang perjalanan hidup berumahtangga. Tentu itu sangatlah berbahaya bagi kelangsungan kehidupan berumahtangga. Rasa Syukur, saling percaya, saling melengkapi dan saling membutuhkan, adalah cara agar kehidupan berumahtangga aman dari gangguan.   
Syukur bahwa Allah telah hadirkan dia yang selama ini menemani, dengan segala kekurangan dan kelemahan, dia yang telah melahirkan anak anak yang membanggakan, dia yang telah menjadi kotak rahasia teraman sehingga seluruh keburukan kita tak pernah diketahui oleh orang lain. Saling percaya bahwa masing masing dari suami maupun istri akan selalu menjaga kepercayaan dimanapun dan kapanpun ketika tak bersama. Saling melengkapi Karena menyadari bahwa tak akan pernah ada pasangan yang benar benar sesuai dengan harapan kita, Karena memang tak mungkin disamakan, Karena suami istri itu tempatnya saling isi mengisi kekurangan masing masing dan melengkapi apa yang tidak ada. Rasa saling membutuhkan , suami butuh istrinya dan istri butuh suaminya. Jika hal ini bisa dilakukan, niscaya keindahan rumah tangga akan terus terpancar dan kebahagiaan akan terus menghiasi relung hati suami dan istri.
                Keluarga indah yang penuh sakinah, mawaddah, warahmah, yang selalu besyukur akan pasangan masing masing, yang saling mempercayai pasangan, yang merasa saling melengkapi dan saling membutuhkan ini, sejatinya tak bisa disamakan dengan lirik lagu lagu indah yang dicipta oleh seorang yang pioneer dibidangnya dalam mencipta lagu. Keluarga indah, akan memiliki derajat keindahan jauh berkali kali lipat dari lirik lagu terindah sekalipun. Coba kita lihat salah satu lirik lagu indah dari Edcoustik yang berjudul “kau tercipta untukku” ini.
               
Terucap syukurku, aku memilihmu ‘Tuk menjadi teman hidup setia selamanya, Belahan hati ini, kini telah terisi, Aku dan dirimu mengikat janji bahagia. Dan berlayarlah kita renda keluarga, Merentas hidup Bersama, Aku bahagia ku dipertemukan Belahan jiwaku. Tuhan persatukan kami untuk selamanya, Hingga bahagia di syurga-Mu, Pegang tanganku tataplah mataku, Engkau ditakdirkan untukku. Ikatan suci ini, selalu kan ku jaga, Meniti sakinah penuh kasih sayang, dan rahmat-Nya. Kau amanahku, isteriku tercinta, Engkau ditakdirkan untukku.
{ Kau Ditakdirkan Untukku (Inteam, Edcoustic) }

                Indah dan penuh makna. Nada lagunya yang juga indah menambah syahdu lagu ini. Ketika hati gundah Karena masalah berumahtangga muncul, lagu ini bisa  memberi kesejukan dan suntikan semangat menata kembali keindahan yang telah lepas dan berserakan menjadi keindahan utuh yang memancar seperti awal menjalin kehidupan berumahtangga.
                Namun, Lirik lagu ini hanyalah sebatas tulisan yang sengaja dicipta untuk menghadirkan rasa indah. Namun ketika tak lagi dibaca, ataupun lagu ini tak lagi didengar, maka keindahannya akan seketika lenyap, bagai hilang ditelan bumi. Ketika lirik lagu lagu baru mulai bermunculan, akan semakin menambah redupnya keindahan sebuah lirik lagu yang indah tersebut. Bahkan mungkin tak akan lagi teringat Karena memori ingatan dipenuhi keindahan keindahan baru yang bermunculan.
                Tidak, Tentu tidak dengan Keluarga indah yang penuh rasa cinta dan kasih sayang, penuh rasa syukur, percaya, saling melengkapi dan saling membutuhkan ini. Walau telah lama terbentuk, walau fisik telah berubah kearah yang lebih matang, walau bermunculan banyak sekali wanita atau laki laki muda yang berpenampilan jauh lebih menarik dari pasangan, tetap keindahan keluarga indah akan terus terpancar luar biasa bagai sinar matahari pagi yang bersinar memberi harapan kehidupan bahagia.
                Sejatinya memang keluarga indah tidak akan mungkin sama dengan lirik lagu lagu indah ataupun apapun yang indah lainnya. Karena keluarga indah lahir dari jiwa indah yang melahirkan keindahan disetiap gerak dan langkah hidupnya. Semoga Allah senantiasa memberkahi kita dengan pasangan yang selalu mampu memimpin keluarga menuju keluarga indah yang berlayar menuju syurga Indahnya Allah bersama -sama. Amin…


DAFTAR PUSTAKA

Antar Anakmu ke syurga dengan bambu



“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (At Tahrim: 6).
                Surat At Tahrim ayat 6 diatas secara jelas membicarakan masalah perintah. Perintah untuk menjaga bukan hanya diri sendiri, tetapi juga keluarga, tentu dalam hal ini juga termasuk anak anak sebagai amanah yang paling berharga dari yang maha Kuasa.
Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma berkata,
“Didiklah anakmu, karena sesungguhnya engkau akan dimintai pertanggungjawaban mengenai pendidikan dan pengajaran yang telah engkau berikan kepadanya. Dan dia juga akan ditanya mengenai kebaikan dirimu kepadanya serta ketaatannya kepada dirimu.”
(Tuhfah al Maudud hal. 123).
         Masing masing kita adalah pemimpin. Dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban. Kita sebagai orangtua sudah tentu akan dimintai pertanggungjawaban dalam hal Pendidikan anak anak. Barang siapa mendidik anak anak dengan baik, tentu ia pun akan memetik hasil yang baik dikemudian hari. Jika setiap orang tua menyadari hal ini, maka proses mendidik anak terasa menyenangkan dan bukan menjadikannya sebagai beban.
                Menurut ibu Ida S. Widayanti dalam buku parentingnya yang berjudul “Anak dari Syurga menuju Syurga”,  anak sesungguhnya datangnya dari syurga dengan membawa berbagai  potensi kebaikan seperti layaknya penghuni syurga, dan akan kembali ke kampung halamannya di syurga. Hal ini tentulah menjadi tugas berat bagi orangtua, bagaimana cara terbaik untuk mengantarkan anak anak syurga mereka kembali ke syurga.
                Ada sebuah artikel tentang Filososfi bambu namun saya lupa siapa pengarangnya. Setelah saya baca ternyata luar biasa sekali filososfi bambu ini untuk mendidik anak. Filosofi bambu berikut ini, semoga bisa sedikit memberikan inspirasi, bagaimana seharusnya mendidik anak anak, sehingga pada akhirnya mereka akan kembali ke syurga.
                Sebatang bambu hijau ramping tinggi menjulang berhuyun huyun diterpa angin. Daunnya bergemerisik seakan berkata bahwa mereka kuat menahan terpaan angin badai sekalipun. Betapa kuatnya wahai kau pohon bambu.  Batangmu sungguh ramping seakan tak mungkin mampu menopang tinggimu yang mencapai puluhan meter, namun ternyata sanggup terus berdiri walau terpaan angina seakan tak pernah berhenti menerjang dari arah manapun sepanjang waktu.
Mari kita cari apa sebenarnya sumber kekuatannya. Sebelum itu, mari kita lihat dulu pertumbuhan pohon bambu secara keseluruhan. Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya.  Pohon bambu, tidak akan menunjukkan pertumbuhan berarti selama 2-3 tahun pertama kehidupannya, walau setiap hari telah di pupuk dan di siram. Matikah pohon bambu ini? Mungkin ia jika sang empunya Lelah menyiram dan merawatnya. Lelah yang tyada henti ternyata membuahkan hasil Karena ternyata setelah lepas 2-3 tahun, pohon bambu itu akan bertumbuh sangat cepat.
Di dunia ini bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat. Dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60 cm (24 Inchi) bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan klimatologi tempat ia ditanam juga jenis spesies. Bambu pun dilaporkan ada yang dapat tumbuh 100 cm (39 in) dalam 24 jam. Namun laju pertumbuhan ini amat ditentukan dari kondisi tanah lokal, iklim, dan jenis spesies. Laju pertumbuhan yang paling umum adalah sekitar 3–10 cm (1,2–3,9 in) per hari. Beberapa dari spesies bambu terbesar dapat tumbuh hingga melebihi 30 m (98 ft) tingginya, dan bisa mencapai diameter batang 15–20 cm (5,9–7,9 in).
Timbullah pertanyaan? Lalu selama 2 sampai 3  tahun itu, apa ya yang sebenarnya terjadi pada si bambu kecil? Apa dia sengaja hendak menguji kesabaran si empunya?. Mungkin ia, Karena tnyata, selama  tahun tahun pertama pertumbuhannya, pohon bambu sedang fokus memperkuat akar akarnya, agar bisa menopang tingginya kelak yg hingga berpuluh puluh meter. bayangkan jika akarnya tidak kuat. tertiup angin sedikit saja tentu akan tumbang. Pohon bambu selalu merunduk jika terkena tiupan angin. Namun setelah angin pergi, ia akan kembali berdiri tegak seakan tak takut apapun.
Nah sebegitu hebatnya filosofi bambu. Jika itu kita terapkan dalam proses Pendidikan anak, maka tentu ia akan tumbuh tegar dan kuat seperti sebatang bambu yang  tak takut apapun. Selagi mereka bertumbuh, selagi otaknya masih mudah menerima banyak hal, ajarkanlah banyak kebaikan, dan kuatkan pondasi agama agar mampu menjadi benteng dalam ia menjalani kehidupannya mendatang. AGAMA bagaikan akar kuat si pohon bambu, yang benar benar secara eksklusif di tumbuhkan dalam waktu yang memang tidak bisa instan. Butuh waktu bertahun tahun lamanya hingga menjelma akar yang sangat kuat. Begitu juga dengan anak anak kita. Bentuklah sekuat mungkin dan sebaik mungkin pondasi agama. Banyak hal yang bisa dilakukan, pertama adalah awali dari rumah. Bentuk lingkungan islami di dalam rumah. Karena sesungguhnya anak senang mencontoh sesuatu yang kongkrit dari perilaku orangtua maupun segala kondisi di rumah yang mendukung pertumbuhan agama yang baik. Kemudian, berikan Pendidikan dengan menyekolahkan di sekolah yang berfokus pada islam dan ajaran tauhid. Sehingga ia akan terbiasa dengan islam yang lama kelamaan akan terpatri dan bahkan dicintai oleh anak anak kita.
 Bagai pohon bambu yang selalu kuat menghadapi terpaan angin yang datang tanpa pernah bisa dicegah dan diduga. Angin tersebut ibarat Masalah dalam hidup.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
“Kamu benar-benar  akan diuji pada hartamu dan dirimu” [Âli ‘Imrân/3: 186]
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan” [al-Anbiyâ’/21 : 35]
Ujian adalah sunnah kauniyah (ketetapan Allâh Azza wa Jalla yang pasti terjadi) bagi setiap Muslim. Seorang Muslim tidak mungkin mengelak dari ujian tersebut. Ujian tersebut ternyata tidak selalu sesuatu yang buruk dan menyakitkan, tetapi dalam surat al Anbiya diatas, allah pun menegaskan bahwa ujian itu juga bisa berbentuk sesuatu yang menggembirakan, membahagiakan dan penuh dengan suka cita. Mampukah menghadapi ujian kesenangan yang diberi, menjadi sombongkah atau tetap tunduk takwa dan tetap rajin beribadah. Biasanya mereka yang berada dalam kebahagiaan akan mengalami kondisi iman yang lemah, sehingga ibadah seakan sesuatu yang berada di ankag terendah dalam hidup. Semoga kita bukan termasuk yang seperti itu.
 Ajarkan anak anak kita bahwa masalah akan selalu membersamai perjalanan kehidupan. Tak akan mungkin bisa dihindari.  Dengan pondasi agama yang kuat InsyaAllah akan dapat membuat mereka selalu berfikir positif terhadapt setiap masalah dan kesulitan yang dihadapi. Ajarkan pula bahwa masalah akan ada ujungnya jika mampu menghadapi dengan ilmu, sabar dan ikhlas.
Begitulah sekelumit ulasan mengenai filosofi bambu yang luar biasa. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dan memetik hikmah darinya. Amin.

DAFTAR PUSTAKA